Oleh : Hi. Makmur, M.Ag (Ketua DMI Lampung Utara)
Secara bahasa taqwa dapat diartikan dengan al itqa’u yaitu memelihara diri, takut atau hati-hati. Menurut M Qurais Sihab, taqwa berasal dari kata “ waqa-yaqi ”, yang menurut bahasa berarti menjaga, menghindari, menjauhi. Atau secara terminologi
taqwa dapat diartikan merupakan suatu kesadaran lahir dan batin yang mendatangkan suatu kondisi dan konsekwensi untuk taat secara terus menerus melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.
Secara teknis praktis dalam keseharian manusia, dapat diartikan bahwa taqwa adalah kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa khauf kepada Allah terus menerus, hingga ia selalu waspada dan hati-hati agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di jalanan. Ia menghindari perbuatan syirik sejauh-jauhnya, juga menghindari semua maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta ia juga berusaha keras sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah, lahir dan batin dengan hati yang khudlu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah.
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa sikap taqwa (bertaqwa) yang harus di miliki orang beriman, sangat luas dan mendalam pemaknaanya, sehingga praktek sikap taqwa ini tidak bisa dilakukan secara pura-pura, tetapi betul-betul dilakukan dengan ikhlas dan sepenuh hati. Orang yang bertaqwa dalam kehidupannya akan terlihat istiqomah dalam kebaikan dan istiqomah dalam menghindari berbagai keburukan.
Sikap taqwa ini tidak datang dengan sendirinya, akan tetapi harus di raih melalui proses pendekatan dan penyerahan diri kepada Allah SWT, dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya. Salah satu perintah yang harus dilaksanakan adalah puasa di bulan ramadhan, sebagaimana di jelaskan dalam Al Quran surat Al Baqarah 183, : “Hai orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas umat sebelum kamu, supaya kamu bertaqwa”.
Dari ayat ini dapat dijelaskan bahwa tujuan dari puasa adalah mencapai derajat taqwa. Namun demikian tidak semuanya orang yang puasa dapat mencapai derajat taqwa, tergantung pada pelaksanaan puasanya.
Jika selama berpuasa ia tidak bisa menjaga hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan bersetubuh disiang hari, sekaligus tidak bisa menjaga hal-hal yang dilarang dalam berpuasa seperti berbuat maksiat, menghibah, memfitnah, bersumpah palsu, berkata bohong, mengadu domba, dan berbagai keburukan lainya, maka puasa yang dilakukannya menjadi siasia.
Sebagaimana sabda Rosul “banyak yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan haus saja” (al-hadist). Akan tetapi, ketika seseorang berpuasa bisa menjaga dan menjauhi hal-hal yang dilarang serta banyak melakukan perbuatan baik (amal saleh), sebagaimana yang dianjurkan oleh Rosulullah, seperti tadarus (mengkaji) Al Quran, memperbanyak sedekah, menghidupakan sholat malam, zikir, dsb maka dapat dipastikan ia dapat mencapai derajat taqwa.
Dengan demikian berpuasa bukan berarti hanya menahan atau menunda makan dan minum saja, akan tetapi bagaiamana ia harus dapat mengendalikan diri, mengekang keinginan nafsunya, nafsu makannya, nafsu syahwatnya dll. Puasa inilah yang akan melahirkan sikap taqwa bagi setiap orang yang melaksanakannya. Salah satu cirinya adalah selalu ingin lebih baik, lebih saleh, lebih dekat dengan Allah SWT.
Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi kita untuk menjadikan bulan ramadhan ini menjadi riyadlah (latihan) atau bulan untuk melatih diri. Melatih diri untuk membuka serta melembutkan hati supaya mudah menangkap spirit dan nilai-nilai ketuhanan.
Puasa juga menempa orang yang melaksanakanannya untuk menjdikan dirinya lebih baik dalam mengarungi kehidupan ini. Bagi orang yang beriman, kita harus menyadari bahwa betapa pentingnya nilai taqwa, sebagai bekal yang terbaik dalam menjalani kehidupan di dunia. Orang yang bertaqwa akan senantiasa melahirkan amal-amal kebajikan dalam kehidupan didunia ini. Ia akan hidup berdampingan dengan siapapun tanpa memandang suku, pangkat, golongan, jabatan bahkan agama.
Ia akan selalu memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Ia akan saling menghormati dan menghargai pendapat yang berbeda dengannya.
Sikap seperti itulah yang menjadikan manusia menjadi mulia di mata manusia dan mulia di sisi Allah swt, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran surat Al Hujarat : 13, “… Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu…” demikian pula dijelaskan dalam hadis Rosulullah yang artinya : “Para sahabat bertanya kepada Rosulullah, siapakah orang yang paling mulia?
Rosul menjawab, orang yang paling mulia adalah orang yang bersih hatinya dari sifat-sifat tercela dan benar perkataannya. ‘para sahabat bertanya, kami sudah tahu yang benar perkataanya, akan tetapi siapa yang dimaksud bersih hatinya?, Rosul bersabda, yang dimaksud bersih hatinya,yaitu orang-orang yang bertawa, tidak berdosa, tidak dzalim, tidak dendam dan tidak sientimen (HR Ibnu Majjah).
Dan lebih jauh dari itu dapat dijelaskan bahwa orang orang yang bertaqwa akan mendapatkan dua fahala (keuntungan) yaitu di dunia dan ahirat. Di dunia ini, orang yang bertaqwa akan di jamin kehidupannya, dengan di mudahkan dari segala urusan dan di berikan rizki yang datangnya dari arah yang tidak disangka-sangka, sebagaimana di jelaskan dalam Al Quran surat Ath-Thalaq : 2-3 : “siapa saja yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dalam setiap kesusahan. Dan Allah akan memberinya reziki dari arah yang tidak di perkirakan”.
Sedangkan diakhirat kelak, orang bertqwa akan mendapatkan fahala sangat besar dan akan di masukan kedalam surga yang kenikmatan dan keindahannya tidak ada bandingannya, sebagaimana di jelas dalam Al Quran An-Nur : 52 : “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. Dan Al Quran surat An-Naba’ 31-36 : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak”.
Semoga puasa yang kita kerjakan akan meraih prediket taqwa…amin. (wallahu’alam).