Menu

Mode Gelap
Wartawan AJNN Aceh Dilaporkan ke Polisi, Ini Sikap Tegas PJS Perhimpunan Jurnalis Siber Provinsi Lampung Resmi Dibentuk P3K Bakal Tak Diusulkan Lagi Pelajar SDN Handuyangratu Masih Belajar di Eks Balai Desa Disdikbud Persiapkan SDM Dalam Era Pembelajaran Digital

Opini · 21 Jun 2018 14:18 WIB ·

Cerita Tentang US Highway


 Cerita Tentang US Highway Perbesar

Bulan ke-2 di Amerika itu. Awal Juni 2018 itu. Saya berkunjung ke museum Dwight  Eisenhower. Presiden Amerika Serikat ke-34. Di tempat ia dibesarkan. Di Abeline. Di Kansas. Dekat I-70.

Pikiran saya tidak di museum. Justru ke jalan bebas hambatan I-70 itu (Interstate 70). Yang baru saja saya lewati itu. Eisenhower-lah yang membangun jalan itu. Tahun:  1956. Panjang: 3.460 km.  Begitu sering saya lalu-lalang di I-70 itu.

Dari mana uangnya?
Padahal bukan hanya I-70 yang ia bangun. Juga I dan I dan I yang lain. Tidak bisa dihitung dengan 10 jari. Di seluruh Amerika. Dari barat ke timur. Dari utara ke selatan. Seperti papan catur. Membelah-belah seluruh  daratan Amerika. Total panjangnya: 45.000 Km. Tidak terbayangkan ada presiden yang punya ide seperti itu.

Dari mana uangnya?
Melihat angka 45.000 Km itu bayangan saya ini: sama dengan membangun delapan jalan bebas hambatan dari Sabang sampai Merauke.
Itulah revolusi jalan bebas hambatan di Amerika. Yang dipercaya sebagai titik awal kemajuan Amerika.

Dari mana uangnya?
Eisenhower pintar memanfaatkan keadaan: perang dunia. Saat ia jadi presiden perang dunia II baru selesai. Patriotisme masih  meluap-luap. Seperti kawah gunung berapi. Memenangkan perang adalah segala-galanya.

Usul pembangunan jaringan jalan bebas hambatan itu adalah hidup atau mati. Untuk mempertahankan tiap jengkal tanah Amerika. Dari ancaman semacam perang dunia itu. Ke bagian mana pun musuh masuk tentara Amerika dengan mudah menyergapnya. Logistik mudah dikerahkan.

Dengan penjelasan Eisenhower  seperti itu DPR Amerika langsung menyetujuinya.

Dari mana uangnya?
Itu kan tahun 1956. Ketika Amerika belum kaya.

Dari mana uangnya?
Persetujuan DPR itu langsung diikuti dengan lahirnya UU baru: UU Jalan Bebas Hambatan.

Berdasar UU itulah Eisenhower membentuk lembaga keuangan: Highway Trust Fund (HTF). Untuk membiayai pembangunan jalan bebas hambatan itu.

Maka dimulailah. Besar-besaran. Di seluruh Amerika. Tanpa melihat wilayah. Tanpa melihat keekonomian. Tanpa melihat itu dapilnya siapa. Tanpa melihat Elvis Presley lahir di mana.

Jalan sepanjang 45.000 Km itu dikerjakan nyaris serentak. Termasuk I-70 itu. Yang melewati 10 negara bagian itu.

Padahal sebagian besar wilayah yang dilewati saat itu masih kosong: padang praire. Tidak ada mobil. Tapi tetap saja dibangun. Dengan standar dan kualitas yang sama.

Dari mana uangnya?
Dari UU tadi. Dari Highway Trust Fund tadi.

Intinya: UU tadi mengizinkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Nilai kenaikan itu masuk ke HTF. Semuanya. Untuk bangun highway tersebut.

Berkat highway itu budaya komuter di Amerika terbentuk.  Jalur kereta api kehilangan angin. Mobilitas dengan mobil menjadi dominan. Kota-kota berubah. Yang dulu tumbuh berkat munculnya stasiun KA pelan-pelan redup. Kota-kota baru pun muncul: di setiap kawasan yang dekat dengan interchange highway.

Sistem highway di Amerika ini bukan main nyamannya. Begitu kecanduan saya melaluinya. Dalam hampir dua bulan di Amerika saya baru sekali naik pesawat. Dari St Louis ke Laredo itu.

Selebihnya saya selesaikan lewat highway. Saya hitung: setidaknya 6.000 km yang sudah saya jalani.

Kalau ditambah penjelajahan selama lima tahun terakhir sudah lebih 15.000 km highway saya lalui. Utara, Selatan, Barat, Timur dan Tengah.

Yang masih saya sesali: belum pernah memasuki terowongan Eisenhower. Di bagian barat I-70 ini. Terowongan terpanjang di dunia. Sepanjang 100 km. Menembus bawah pegunungan Rocky Mountain. Melewati garis patahan benua. Yang sangat kritikal.

Di bawah gunung itu.
Dalam sebulan terakhir ini saya memang terus mondar-mandir di I-70. Di negara bagian Kansas. Melihat pertanian, peternakan dan penari langit tenaga angin.

Jalannya mulus. Kendaraan tidak padat. Bisa selalu mengendarai mobil dengan kecapatan: 130 km/jam. Tanpa ada persimpangan. Tanpa ada ,bangjo’.

Enaknya lagi: tidak perlu bayar tol. Ini bedanya dengan di Tiongkok. Yang semua highwaynya berupa jalan tol.
Di Amerika itu dari sekitar 45.000 km highway itu hanya 1.000-an kilometer yang tol. Di beberapa ruas saja. Yang dibangun belakangan.

Di daerah padat di pantai timur. Itu pun jumlahnya akan terus berkurang. Beberapa tol yang investasinya sudah lunas digratiskan.

Berapa besar pajak BBM untuk highway trust fund itu?
Saat ditetapkan pertama hanya 3 sen dolar. Setiap pembelian BBM satu galon dikenakan pajak 3 sen itu. Atau untuk nilai sekarang: Rp 400/liter.

Ternyata tidak cukup. Presiden berikutnya menaikkannya  menjadi 4,5 sen. Tidak cukup juga.

Ada rencana menaikkan lagi. Orang mulai merasakan manfaat highway.

Presiden Ronald Reagan menaikkannya  menjadi 9 sen. Tidak cukup juga. Presiden

Bush senior menaikkannya menjadi 14 sen. Belum cukup.

Presiden Clinton menaikkan lagi menjadi 18,4 sen.
Hanya saja sebagian hasil pajak itu kemudian juga untuk tujuan lain: mensubsidi angkutan umum kota-kota. Dan untuk mengurangi difisit APBN.

Sejak masa Clinton itu tidak pernah lagi naik. Bahkan calon-calon presiden berikutnya ingin menurunkannya. Agar dapat simpati. Lalu bisa terpilih. Tapi calon presiden Obama pede: mempertahankannya. Toh menang juga.

Berapa total biaya membangun 45.000 km highway itu? Kalau dihitung nilai uang sekarang? Ini dia: kira-kira Rp 7.000.000.000.000.000.
Itu tidak banyak. Hanya beberapa ton bisa kolojengking. (dis)

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

IKA PMII Lampura Gelar Silaturahmi, Tebak Apa yang Dibahas ya???

11 Agustus 2023 - 00:11 WIB

Dibantu Malah Jadi ‘Pekara’

26 Juli 2023 - 23:31 WIB

Dikejar Target

19 Mei 2023 - 08:31 WIB

PIlkades Bersumber Dari Dua Mata Anggaran

14 Maret 2023 - 20:30 WIB

Perlunya Pengawasan Pemuktahiran Data

13 Maret 2023 - 19:41 WIB

Pentingnya Pendampingan Anak Korban Banjir

12 Maret 2023 - 17:20 WIB

Trending di Beranda