Desyadi, SH.MM (Kepala BPKA Lampura)
Satu lagi pengalaman yang sangat berharga yang tidak dapat dilukiskan. Ketika kaki ini menjejakkan langkah di pintu masjid Ji’ronah. Diktehaui nama masjid tersebut diambil dari nama sebauah perkampungan Wadi Saraf (lembah Saraf) yang di kelilingi jajaran bukit-bukit berbatu yang tandus. Masjid Ji’ronah digunakan penduduk Makkah sebagai tempat miqat untuk umroh. Masjid ini terletak di bagian timur laut dari kota Makkah dan jauhnya 22-28 KM dari kota Makkah. Luasnya mencapai 1.600 M2 dan masjidnya bisa menampung hingga 1.000 jama’ah shalat dan area parkir yang cukup luas mampu menanpung lebih dari ratusan bis dan kendaraan kecil lainnya.
Karena Ji’ronah merupakan tanda batas haram maka di masjid inilah menjadi tempat miqat, dimana harus memakai pakaian ihram dan berniat ihram sebagai syarat memasuki tanah suci Makkah. Dari sinilah Rasulallah saw berihram untuk melakukan umrohnya yang ke tiga kalinya. Ji’ronah merupakan tempat miqat umroh yang paling afdhal bagi penduduk Makkah, juga merupakan miqat paling tinggi derajatnya dibanding miqat yang lain. Ini menurut kebanyakan pendapat para ulama. Rasulallah saw sendiri melakukan umroh dari Ji’ronah. Beliau bermukim di sana selama 13 hari dan berihram dari sana.
Ibdu Abbas meriwayatkan bahwa bahwa Rasulallah saw melakukan umroh selama hidupnya sebanyak 4 kali, pertama umroh Hudaibiyah, kedua umroh Qadha’, ketiga umroh yang dilakukanya dari Ji’ronah sepulangnya dari perang Hunain, keempat umroh pada saat melakukan Haji wada’.
Dimasjid inilah kami mengambil miqat untuk umroh kedua. Dikampung ini terdapat beberapa tempat ziarah, salah satunya Sumur Bir Thoflah (sumur yang airnya dikenal memiliki rasa tersendiri). Menurut riwayatnya sumur ini dahulunya terdapat salah satu mukjizat Rasulullah SAW saat kehabisan air usai perang Hunain. Rasulullah SAW bersama para pejuang Islam berhenti untuk membagi-bagikan hasil kemenangan. Karena persediaan air habis dan disana tidak ada sumur, Rasulallah saw memukulkan tongkatnya lalu keluarlah air. Air ini sering dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan tidak pernah kering
Dan di tempat ini juga Rasulullah SAW bertemu dengan wanita yang menyusuinya ketika Rasulullah SAW masih bayi yang bernama “Halimatu Sa’diyah”. Dalam kitab Sunan Abu Daud di riwayatkan dari Abu Thufail “Aku pernah melihat Rasulullah SAW sedang membagikan daging di Ji’ranah, tiba-tiba ada seorang wanita datang sampai dekat kepada Rasulullah SAW, lalu beliau menghamparkan mantelnya untuk wanita itu, lalu Ia (wanita itu) duduk di atasnya. Lalu aku bertanya, siapakah wanita itu? para sahabat menjawab, “Ia adalah ibu Rasulullah SAW yang pernah menyusuinya”
Di cerita selanjutnya, Rasulullah SAW kembali akan berkunjung ke tempat ini. Kaum musyrikin tahu dan segera menebar racun dalam sumur air minum yang ada di dalam Ji’ronah. Atas petunjuk Allah SWT, Rasulullah SAW pun tahu niat jahat kaum musyrikin tersebut. Kemudian, dengan mukjizat, Rasulullah SAW pun meludahi sumur tersebut. Seketika air sumur yang tadinya beracun menjadi tawar. Bahkan, sumur ini bisa untuk menyembuhkan penyakit kulit. Sayangnya, sumur ini telah ditutup oleh pemerintah Arab Saudi untuk mencegah syirik, atau perbuatan menyekutukan Allah. (**)