BANJARMASIN – Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr H Sutarto Hadi menyambut gembira kehadiran para pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2019 bersama para dewan juri di kampus ULM.
“Ini cukup bergengsi, Anugerah Jurnalistik Adinegoro, saya dengar saja pasti orang-orang hebat di dalamnya, termasuk dewan juri dan para pemenang,” tutur Sutarto saat membuka Seminar Nasional Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2019 di Lecture Theatre Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (7/2/2020).
Sutarto pun agak berkelakar bahwa ratusan mahasiswanya yang memenuhi ruang teater ini sangat antusias hingga menunda makan siang.
Menurut Sutarto, di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini, berbagai informasi sangat mudah diperoleh.
“Ada citizen jurnalizm, kadang-kadang bikin pusing, kalau pagi-pagi buka gadget, dapat berita judulnya bombastis, ketika dibaca tidak ada apa-apa, isinya sampah semua. Kita merasa kecewa, marah kepada siapa? Pulsa habis, waktu terbuang,” curhatnya.
Namun begitu, ia tetap merasa optimistis di tengah lautan informasi yang sebagian besar itu sampah ternyata masih ada secercah cahaya.
Sutarto memandang karya-karya para jurnalis yang memenangkan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2019 tidak hanya menarik dari segi judul tapi juga ulasannya inspiratif dan mendalam. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah karya Muhammad Amin bersama timnya dari Riau Pos berjudul “Bom Waktu di Lahan Gambut”.
Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia, Mirza Zulhadi berharap kualitas karya jurnalistik akan semakin meningkat dengan adanya penghargaan Adinegoro ini.
“Adinegoro award sejak tahun 1970an, penghargaan ini nilai tersendiri bagi pembangunan pers di Indonesia, kalau pers berkualitas saya kira sudah berjalan. Artinya para pesertanya pun sudah terseleksi, benar-benar karya yang bisa diunggulkan dan dipertanggungjawabkan,” ujar Mirza.
“Sekali lagi kepada Pak Rektor, terima kasih atas kerja samanya juga kepada adik-adik jurusan komunikasi, khususnya jurusan jurnalistik, jadi nggak gelap-gelap amat masa depan, masih ada cahaya dikit,” kata Mirza mengakhiri disambut tepuk tangan hadirin.
Acara pembukaan dilanjutkan pengalungan selendang khas Banjarmasin, sasirangan oleh Rektor ULM kepada Sekjen PWI Pusat, Ketua Panitia Tetap Anugerah Adinegoro Rita Sri Hastuti, dan Marah Sakti mewakili dewan juri.
Sekjen PWI Pusat dalam kesempatan juga menyerahkan piagam penghargaan kepada Rektor ULM.
Sementara itu dari enam pemenang, hanya Stephanus Edi Pramono dari Majalah Tempo yang berhalangan hadir. Karyanya berjudul “Hanya Api Semata Api” berhasil meraih Anugerah Adinegoro 2019 untuk kategori media cetak.
Penghargaan akan diberikan kepada para pemenang Anugerah Adinegoro pada Puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2020 pada Minggu (9/2).(fik)