KOTABUMI — Mayoritas masyarakat di Kabupaten Lampung Utara (Lampura) menggantungkan keberlangsungan hidup dengan mengandalkan hasil bumi dengan cara bercocok tanam ubi kayu atau singkong. Namun nasib selalu tak berpihak kepada kaum kecil, hasil bumi yang menjadi andalan satu satunya mengalami penurun harga yang cukup membuat hati kecewa.
Selama 7 (Tujuh) bulan hingga 1 tahun lamanya, menunggu waktu panen ubi kayu menjadi harapan besar para petani dalam menggantung kehidupannya. Tak banyak juga petani yang sudah memiliki hutang dengan cara membayarnya dengan menantikan hasil dari pertanian.
“Kami hanya bisa pasrah dan berharap agar pemerintah bisa membantu mencarikan solusi untuk menstabilkan harga ubi kayu atau singkong yang menjadi gantungan hidup kami, karena anjloknya harga jual tidak diiringi dengan turunnya pupuk dan bensin. Yang ada harga pupuk dan bensin naik membuat para petani semakin terjepit” Kata Ismail petani singkong ketika ditemui di area kebunnya, Minggu (10/1).
Ditambahkan lagi, musibah besar virus corona yang kini masih kita hadapi. Roda perekomian semakin menurun sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari hari sengat sulit. Dampak itu, sangat dirasakan gerak langkah mengais rezeki seakan terhambat.
Ia berharap agar para pemimpin yang memiliki tanggung jawab untuk mensejahtrakan masyarakat bisa benar benar memikirkan nasib rakyat demi keberlangsungan hidup yang semakin berat. (fer/her)