KOTABUMI —Panasnya terik matahari tidak menyurutkan semangat seorang ibu muda, untuk mengais rejeki. Kotak sampah yang ada dipertokoan yang berada disepanjang jalan Jendral Sudirman Kotabumi Lampung Utara (Lampura), menjadi sasaran. Mungkin ada benda yang dapat dijadikan uang. Sebuah pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah terlintas dibenak Maryamah (35), warga Jalan Penitis, Tanjung Aman, Kecamatan Kotabumi Selatan, Lampura. Namun demi menghidupi enam anaknya, Maryamah rela menjalani kehidupan sebagai pemulung. Apalagi belakangan, Murni (75) suaminya, saat ini tidak mampu lagi untuk bekerja. Lantaran kondisi fisiknya sudah sangat lemah dan sakit-sakitan.
Maryamah sudah membuang jauh perasaan malu atas predikatnya itu. Baginya anak-anaknya kehidupan anak-anaknya lebih utama. Bagaimana anak-anaknya dapat makan dan bersekolah. Dapat memenuhi apa kebutuhan rumah tangganya, meskipun jauh dari layak. Atas dasar pemikiran itu, Maryamah menjalani kehidupan sebagai pemulung sejak tahun 1993 sampai dengan sekarang.
Terkadang Maryamah harus membawa serta putrinya yang sudah beranjak remaja. Tak peduli hujan maupun panas. Karena satu hari saja ia tidak memulung, itu artinya bakal tidak ada yang ditanak. Sedangkan sudah berusaha menyisir sampah-sampah pertokoan, hasilnya terkadang tidak memadai. Ia harus membagi, hasil yang sangat sedikit itu untuk keperluan rumah dan anak-anaknya. Walau, dalam setiap langkahnya selalu disertai do’a. Agar hasilnya memulung dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.”Saya selalu berdoa mas setiap mulung begini, mudah-mudahan walau cuma dapat Rp.30 ribu yang penting dapat mencukupi kebutuhan keluarga aja udah bersyukur banget,”ucap Maryamah lirih ketika ditanya, berapa yang didapat dari upayanya memulung setiap hari, Selasa (18/5), sekiranya pukul 15.00 WIB.
Maryamah mengungkapkan isi hatinya pada Radar Kotabumi. Sebagai orang tua, dirinya tidak tega melihat anaknya ikut bekerja. Namun perasaan itu juga ada pada anaknya. Anaknya juga tak tega melihat ibunya bekerja sendirian. Itulah sebabnya mengapa sang anak juga ikut menemaninya memulung. Namun ia tetap memberikan syarat khusus, jangan sampai mengganggu sekolah. Sebab meskipun mereka orang yang tak punya, Maryamah dan Murni tetap ingin anaknya dapat menuntut ilmu pendidikan di Sekolah. Mereka berharap kelak anak anaknya tidak merasakan getirnya kehidupan yang mereka alami saat ini.
“Saya berharap kedepanya kehidupan kami sekeluarga dapat lebih baik lagi kedepanya, lebih lebih untuk masa depan anak saya. Saya juga berharap ada uluran tangan dari orang-orang yang punya mas,”pungkasnya. (cw.10/her)