Oleh : M.Nuzul Setiawan, SKM (Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera Lampung Utara)
Bulan Ramadhan kini sudah memasuki fase ketiga yakni 10 hari terakhir. Dalam hadits disebutkan pada 10 hari pertama disebut dengan penuh dengan rahmat, fase pertengahan atau 10 hari kedua yakni penuh ampunan dan 10 hari ketiga atau fase terakhir yakni pembebasan dari api neraka.
Sebagaimana disebutkan dalam hadidz yang berbunyi: أبي هريرة : أول شهر رمضان رحمة، وأوسطه مغفرة، وآخره عتق من النار. رواه ابن أبي الدنيا والخطيب وابن عساكر. Dari Abu Hurariah, Ramadhan itu adalah bulan yang awalnya penuh dengan rahmat. Di pertengahannya penuh dengan ampunan. Dan, di ujungnya pembebasan dari api neraka.” (HR Ibnu Abi Dunya dan Ibnu ‘Asakir)
Lalu Hadits kedua yang berbunyi : فقد روي من حديث سلمان: وهو شهر أوله رحمة وأوسطه مغفرة وآخره عتق من النار. رواه ابن خزيمة في صحيحه 1887 وقال: إن صح. والبيهقي في شعب الإيمان: Artinya: Telah diriwayatkan dari Salman bahwa Ramadhan adalah bulan yang awalnya penuh rahmat, DI pertengahannya penuh ampunan dan fase terakhirnya pembebasan dari api neraka. (HR Al Baihaqi dalam Syu’bul Iman).
Menilik dari hadist di atas, memang tidak berimbas pada hukum dan hanya berkaitan dengan afdhol a’mal. Karenanya sah-sah saja menggunakannya, plus juga dikarenakan setidaknya ada riwayat lain selain dari jalur yang disebut di atas. Sementara Hadits lemah atau dhaif tidak masalah dijadikan sebagai motivasi amaliyah di Bulan Ramadhan, meskipun tidak bisa dijadikan pedoman hukum.
Sebagaimana fase sepuluh hari pertama dan kedua, begitupun pada fase sepuluh hari ketiga ramadhan bulan penuh berkah, ampunan dan rahmat ini. Di 10 hari terakhir Bulan Ramadhan, Muslim dituntut lebih intensif melakukan ibadah untuk meraih pahala dan ampunan dari Allah SWT. Salah satunya dengan melaksanakan i’tikaf dan memperbanyak doa untuk meraih malam kemuliaan yakni Lailatul qadar, seperti iktikaf, shalat malam, membaca Al Quran, dzikir, dan bersedekah.
Dalam Dalam sebuah hadits diriwayatkan : عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ‘Aisyah ra bercerita bahwa: “Nabi saw (selalu) beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau” (HR Bukhari dan Muslim).
Juga Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwasannya “dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila telah masuk 10 terakhir beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam-malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Makna “mengencangkan ikat pinggangnya” bahwa beliau bersungguh-sungguh dalam beribadah dan menjauhi istri-istrinya. Beliau tidak berhubungan badan dengan mereka di malam-malam sepuluh terakhir dan sibuk beribadah kepada Allah SWT.
Yang menjadikan lebih mulianya sepuluh malam terakhir ramadhan adalah malam Lailatul Qadar yang keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun). Tentu saja kapan malam mulia itu datang, menjadi rahasia Allah. Karenanya perbanyak ibadah dimalam-malam terakhir ramadhan ini. Insha Allah kita diberikan rahmat dan hidayah untuk meraihnya. Aamin, aamin Yarobbal aalamin. (**)
Wassalammualaikum wr.wb