Menu

Mode Gelap
Wartawan AJNN Aceh Dilaporkan ke Polisi, Ini Sikap Tegas PJS Perhimpunan Jurnalis Siber Provinsi Lampung Resmi Dibentuk P3K Bakal Tak Diusulkan Lagi Pelajar SDN Handuyangratu Masih Belajar di Eks Balai Desa Disdikbud Persiapkan SDM Dalam Era Pembelajaran Digital

Opini · 17 Feb 2022 21:15 WIB ·

Pelawak Presiden


 Pelawak Presiden Perbesar

Oleh: Dahlan Iskan

PERANG bisa meledak besok. Atau lusa. Di Ukraina. Atau kapan saja. Sewaktu-waktu.

Itulah kesimpulan pemerintah Amerika Serikat –berdasarkan data intelijennya. Juga dari intelijen Eropa. Dan NATO.
Dasarnya: Rusia sudah menempatkan ratusan ribu pasukan di perbatasan.

Juga peralatan perang. Amerika sudah pula menyerukan agar warganya meninggalkan Ukraina. Agar tidak terjebak perang di situ.

Sepertinya gawat sekali. Kegentingan itu tersiar luas tepat waktu: menjelang kedatangan kanselir baru Jerman ke Washington DC: Olaf Scholz. Itulah kali pertama pengganti Angela Merkel itu bertemu Presiden Joe Biden.

Apakah Scholz terpengaruh? Lalu terbakar emosinya untuk memihak Ukraina dan membenci Rusia?
Kelihatannya tidak. Scholz punya prinsip sama dengan Merkel: tidak mau ikut perang. Scholz juga sama dengan Merkel: mendahulukan kepentingan Jerman di atas segala-galanya.

Jerman memang lagi punya proyek strategis dengan Rusia: pipa gas lewat bawah laut sepanjang 1.222 Km. Dengan pipa itu Jerman mendapat pasok gas dari Rusia secara langsung. Itu akan menggerakkan ekonomi Jerman tanpa ancaman apa pun.

Itulah pipa gas yang disebut Nord Stream. Lalu dibangun lagi pipa gas yang kedua di dekatnya. Disebut Nord Stream 2. Panjangnya kurang lebih sama.
Baik yang pertama maupun yang kedua, sama-sama terdiri dari dua pipa. Berarti ada empat pipa yang kini membentang langsung antara daratan Rusia dan daratan Jerman bagian utara.

Pipa itu sangat besar. Yakni 49 inci. Tebal bajanya 38 mm. Yang bisa mengalirkan gas 55 miliar m3 per tahun. Kali dua. Betapa besarnya.

Proyek pertama sudah beroperasi. Tahun lalu. Nord Stream 2 akan beroperasi akhir tahun ini: mestinya. Dari dua proyek ini saja Amerika bisa menghitung: betapa tambah kuat keuangan Rusia –musuh lamanya.

Jerman sendiri sebenarnya sudah dapat pasokan gas dari Rusia secara tidak langsung: lewat negara lain. Ada lima pipa gas Rusia yang melintasi daratan Ukraina. Tiga di antaranya bermuara di Rumania, Slovakia, Hongaria, dan Austria. Dari negara-negara itu mengalir ke Jerman.

Tentu jaringan gas seperti itu tidak aman bagi Jerman. Maka Jerman berkepentingan memiliki jaringan pipa gas langsung dari daratannya ke daratan Rusia.

Memang pipa Nord Stream 1 dan 2 juga melewati empat negara lain. Tapi bukan di daratannya. Laut yang dilewati itu ada yang milik Rusia, Finlandia, Swedia, dan Denmark.

Tapi tidak akan ada ancaman, karena posisinya yang di laut dalam.
Yang penting 4 negara itu sudah memberikan izin. Empat negara itu tidak seperti Desa Wadas yang tidak dapat bagian proyek. Dari proyek senilai USD 10 miliar ini, sebagian masuk ke empat negara itu.

Amerika tentu sewot terhadap Jerman. Amerika tidak setuju dengan proyek itu. Penentangan terhadap Nord Stream 1 dan 2 luar biasa. Termasuk di isu lingkungan. Tapi Jerman jalan terus. Didukung 4 negara di utaranya.
Ukraina sendiri sangat tergantung pada gas Rusia. Sejak dulu.

Sejak Ukraina masih menjadi bagian Uni Soviet. Ukraina tidak punya sumber gas sendiri. Lima jaringan pipa Rusia di Ukraina itu pun dibangun ketika negara itu masih belum merdeka.

Sebenarnya Rusia mudah saja kalau mau menghajar Ukraina: matikan pipa gasnya.

Dulu, langkah seperti itu tidak mungkin. Sebentar lagi menjadi mungkin. Yakni kalau Nord Stream 1 dan 2 sudah sama-sama beroperasi penuh.

Dari Nord Stream itu gas memang masuk ke Jerman. Tapi dari Jerman bisa dialirkan ke mana saja di Eropa. Termasuk ke negara-negara yang selama ini mendapat gas Rusia dari arah Ukraina.

Walhasil Ukraina tidak akan bisa jadi ”adik nakal” pada Rusia.
Selama ini, sejak merdeka dari Rusia, Ukraina dianggap terlalu genit.
Ukraina langsung ingin bergabung ke Uni Eropa –yang memusuhi Rusia.

Ukraina juga langsung ingin masuk organisasi pertahanan Eropa-Amerika, NATO –musuh utama Rusia.

Karena itu Rusia jengkel sekali dengan Ukraina. Salah satu pulau di selatan Ukraina pun direbut: Crimea. Kini pulau itu sepenuhnya dikuasai Rusia. Ukraina tidak berkutik. Eropa diam. Amerika tidak bisa membela.

Dan kini Rusia sudah mengirim pasukan ke perbatasan Ukraina.

Rasanya Rusia tidak akan menyerang Ukraina besok pagi. Bahwa keadaan digambarkan amat gawat sebenarnya itu untuk memanas-manasi Jerman.

Rusia tidak punya ambisi untuk merebut kembali Ukraina. Soal Crimea lain perkara –saat pisah dianggap terjadi salah administrasi sehingga masuk Ukraina.

Kepentingan Rusia, rasanya, hanya satu: ingin Presiden Ukraina sekarang jangan genit.

Presiden Ukraina ini, Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy, Anda sudah tahu: sangat anti Rusia.

Waktu kampanye 2018 ia berkoar: Crimea harus kita rebut kembali. Ia tidak pernah melaksanakan janji kampanyenya itu. Kini ia bilang: Crimea baru bisa kembali kalau penguasa di Rusia sudah ganti.

Zelenskyy juga berjanji dalam kampanyenya: harga gas turun 30 persen. Kini harga gas malah naik. Ketika ditanya soal itu ia hanya bilang “yang dulu itu bukan janji. Itu guyon”.
Sang Presiden memang seorang pelawak. Asli. Pelawak profesional. Juga bintang serial TV.

Tahun 2015 ia membuat serial lawak lucu sekali. Ratingnya amat tinggi. Sangat disukai penonton TV Ukraina. Itu karena temanya sangat mewakili aspirasi rakyat yang lagi jengkel dengan pemerintahan saat itu.

Judul serial itu: Presiden Pelayan Rakyat. Di situ digambarkan seorang presiden yang sangat memperhatikan rakyat. Yang bisa menurunkan harga. Bisa memajukan ekonomi. Bisa menyenangkan hati rakyat.

Presiden di serial itu digambarkan selalu naik kendaraan umum. Selalu mengunjungi rakyat yang menderita –lalu menolongnya. Kontras sekali dengan presiden sebenarnya yang lagi berkuasa.

Setiap kali presiden bikin jengkel rakyat, muncul serial sosok presiden yang menyenangkan.

Di serial itu Zelenskyy sendiri yang memerankan tokoh presiden yang ideal itu.

Ketika tahun 2018 penonton serial ini tertinggi terbentuklah citra bahwa Zelenskyy adalah presiden yang ideal.

Lalu muncul ide: kalau saja ia maju jadi calon presiden pasti akan terpilih. Popularitasnya mengalahkan siapa saja.
Tapi tidak ada partai yang mencalonkannya. Partai-partai menganggap tetaplah Zelenskyy seorang pelawak.

Maka dibentuklah partai baru. Nama partai itu persis dengan nama partai yang dipakai dalam serial. Maka partai ini langsung top. Zelenskyy pun terpilih sebagai presiden Ukraina –presiden beneran.

Dan ia tetap akan jadi presiden, kalau perang tidak terjadi besok pagi. (*)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

IKA PMII Lampura Gelar Silaturahmi, Tebak Apa yang Dibahas ya???

11 Agustus 2023 - 00:11 WIB

Dibantu Malah Jadi ‘Pekara’

26 Juli 2023 - 23:31 WIB

Dikejar Target

19 Mei 2023 - 08:31 WIB

PIlkades Bersumber Dari Dua Mata Anggaran

14 Maret 2023 - 20:30 WIB

Perlunya Pengawasan Pemuktahiran Data

13 Maret 2023 - 19:41 WIB

Pentingnya Pendampingan Anak Korban Banjir

12 Maret 2023 - 17:20 WIB

Trending di Beranda