Oleh Dahlan Iskan
HONDA tidak dikenal di Tiongkok. Tapi ben tian ada di mana-mana.
Lihatlah dua huruf ini: ??. Itu, bunyinya: ben tian (baca: pen dian). Huruf yang sama, dengan tulisan yang persis sama dibaca lain di Jepang: Honda.
Di Tiongkok merek ben tian diproduksi di Guangzhou. Sebagai merek asing, ben tian harus bekerja sama dengan pabrik mobil Tiongkok GAC (Guangzhou Automobile Corporation).
Itu pabrik mobil lama: didirikan tahun 1955. Tapi baru setelah berpatungan dengan asing namanya melejit.
Feng tian juga merek asal Jepang. Ia juga harus bekerja sama dengan GAC. Di Jepang tulisan ??tidak dibaca feng tian, tapi dibaca Toyoda (baca: Toyota).
Di Tiongkok nama Honda dan Toyota tidak dikenal. Tapi ben tian dan feng tian populer sekali.
Di luar kerja samanya dengan lima merek asing, GAC lantas mampu mengembangkan merek sendiri. Lebih lima merek lokal diproduksi GAC –belum satu pun yang populer di Indonesia: Trumpchi, Gonow, dan Changfeng.
Ada satu lagi yang ngetop di Tiongkok: GAC. Merek ini sangat terkenal sebagai merek bus besar. Di seluruh Tiongkok. Sudah diproduksi hampir 1 juta bus merek GAC.
Tapi di sela-sela perang di Ukraina, GAC mencuri perhatian: ia tiba-tiba bikin sejarah.Pekan lalu GAC, mengumumkan kejutan ini: mulai memproduksi mobil listrik yang punya jarak tempuh 1.000 km untuk sekali charge. Waktunya sudah ditentukan: tahun 2024. Tidak lama lagi.
Bahwa akan ada mobil listrik dengan jarak tempuh seperti itu sudah sering diberitakan. Tapi baru GAC yang berani mengumumkan jadwal produksinya secepat itu.
Mobil listrik tersebut akan menggunakan merek Aion: keabadian. Dengan demikian Aion akan mengalahkan mobil mana pun dalam hal jarak tempuh. Ini akan menjadi tonggak penting peralihan dari mobil bensin ke mobil listrik.
Dengan demikian “lomba” lari untuk menemukan baterai dengan kemampuan 1.000 Km sekali charge dimenangkan Tiongkok. Bukan Amerika. Atau Jepang. Atau Korea dan Jerman.
GAC sebenarnya sudah mulai memproduksi mobil listrik sejak tahun 2018. Yakni Aion model S. Setahun kemudian memproduksi sembilan model lainnya: tidak satu pun dikenal di Indonesia.
Di Tiongkok sendiri merek Aion belum sepopuler mobil listrik BYD, tapi model terbarunya nanti, Aion LX, akan sangat bersejarah.
Tahun 2024 –dan bukan 2025 atau 2027– tampaknya akan jadi ”Tahun 1.000 km” mobil listrik. Tahun itu, sebuah pabrik baterai di Tiongkok sudah resmi mampu memproduksi jenis baterai baru itu.
Yang memproduksinya: China Envision AESC (Automotive Energy Supply Corporation).
Sebenarnya itu bukan murni perusahaan Tiongkok. Ada saham dan dana Jepang di dalamnya. Itulah perusahaan patungan antara swasta Tiongkok dan swasta Jepang: Nissan.
China Envision sudah pula mengumumkan bahwa tahun 2024 mampu memproduksi secara massal baterai baru itu. Siap pula dikirim ke Jepang dalam jumlah besar. Maka Nissan pun di tahun itu bakal masuk ke era mobil listrik 1.000 km sekali charge.
Ternyata ada dua cara untuk memasuki era 1.000 Km dalam waktu yang begitu cepat: ada yang lewat lithium ada pula yang lewat solid-state battery.
Yang lewat lithium bisa dilakukan dengan cara ”memadatkan” susunan cel-cel baterainya.
Dengan demikian di ruang yang sama bisa diisi baterai lebih banyak. Itu memang akan membuat mobil lebih berat, tapi terkompensasi dengan jarak tempuh yang lebih memadai.
”Pemadatan” susunan cel itu bisa dilakukan karena ditemukannya sistem manajemen baterai yang lebih maju. Terutama dalam memberikan jaminan keamanannya dari bahaya kebakaran.
Lomba cepat di mobil listrik terus terjadi dan salip-menyalip.
Perkembangan baru di Tiongkok ini tentu memicu perlombaan yang lebih panas di mobil listrik. Siapa tahu dalam lomba ini ada yang mampu menyalip di tikungan: baterai nasional Indonesia. (Dahlan Iskan)