TANJUNGRAJA – Masyarakat di Kecamatan Tanjungraja khususnya Desa Tulung Balak, Kabupaten Lampung Utara (Lampura) banyak yang mengalih-fungsikan lahan persawahan, perkebunan dan lainnya ke sektor pertanian ikan nila. Sebab, penghasilan dari kolam ikan sebanding dengan empat kali hasil pertanian lainnya.
Meski begitu para petani mengaku dalam pengelolaan kolam ikan nila, terkendala dengan permodalan, mengingat tingginya biaya dalam pembuatan kolam ikan, pakan dan bibit yang dapat menelan anggaran ratusn juta rupiah.
“Menggeluti usaha kolam ikan nila, kami terkendala dengan modal. Apalagi modal bukan sedikit mulai dari bibit ikan, pembuatan kolam, dan pakan. Bila dikalkulasi dapat menelan anggaran hingga ratusan juta rupiah,” kata Darham(51), petani ikan Desa Tulungbalak, didampingi Kadis Perikanan Sany Lumi, dan jajaran PWI Lampura, Kamis(4/8).
Perwakilan kelompok perikanan(Pokkan) Mina Keluarga Rifai ini menambahkan, sejumlah usulan bantuan permodalan ke pihak perbankan sudah diajukan, namun belum terealisasi. Padahal sektor modal itu sangat berarti untuk pengembangan usaha perikanan di desa setempat.
Untuk biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan kolam ikan nila bervariasi, tergantung dengan luasannya. Dengan akumulasi setiap meter persegi harus diberikan ikan sebanyak 10 -15 ekor.
“Untuk ukuran kolam miliknya dibutuhkan ikan nila untuk dibesarkan sebanyak 25 ribu ekor, ” ucapnya.
Untuk keuntungan sendiri, lanjut Darham, lebih besar dibandingkan menanam padi sawah. Menanami sawah bisa mendapatkan keuntungan hanya 30 persen, sedangkan usaha kolam ikan nila setiap panen mencapai 70 persen. ” Ibaratnya Kalau nanem sawah satu petaknya untung cuman Rp 1 juta, sedangkan kalau kolam ikan nila kita bisa untung Rp 7 juta, ” jelas Darham.
Sementara itu, Kadis Perikanan Lampura Sanny Lumi menambahkan, ada dua kecamatan yang menjadi lokasi sektor perikanan di Kabupaten Setempat, yakni Kecamatan Abung Tinggi di Desa Skipi, dan Kecamatan Tanjungraja Desa Tulungbalak.
“Terus kita support, agar Lampura menjadi sentra perikanan air tawar. Khususnya ikan Nila. Kita targetkan ditahun mendatang Lampura akan swasembada ikan,”katanya.
Terkait keluhan permodalan para petani, Sani Lumi menegaskan, terus berupaya berkomunikasi berkoordinasi, dan berusaha meyakinkan pihak perbankan, agar dapat memberikan bantuan permodalan dengan bunga ringan kepada para petani dengan sistem kredit usaha rakyat(KUR). “Apalagi kita sudah membentuk kelompok perikanan(pokkan) yang tergabung dalam gabungan kelompok perikanan(Gapokkan) Mina jaya Bersama,”katanya.
Lebih lanjut, Sani mengatakan, dengan adanya perombakan besar – besaran lahan pertanian sawah menjadi kolam perikanan, membuktikan animo masyarakat sangat tinggi.
”Untuk pemasaran kita tidak kuwalahan, mengingat produksi perikanan ini tidak hanya menjadi konsumsi local. Tapi juga sudah merambah ke Kabupaten/Kota, atau bahkan ke provinsi lain,”katanya.
Ditambahkan Azis selaku ketua kelompok tani setempat. Menurutnya, jenis ikan nila yang dibudidayakan warga merupakan varietas mono sex dan hanya bisa berkembangbiak setelah berusia sembilan bulan.”Varietas mono sex yang kita kembangbiakan dari Surabaya,”kata dia seraya menyebut Dinas Perikanan Lampura selalu melakukan pembinaan terhadap para petani ikan di wilayah setempat.(rid)