Oleh : Hi. Makmur, M.Ag
(Ketua DMI Kabupaten Lampung Utara)
Secara bahasa, perilaku korupsi terbagi pada beberapa istilah yaitu risywah (suap), saraqah (pencurian) al gasysy (penipuan) dan khianat (penghianatan). Perilaku korupsi ini adalah sesuatu yang diharamkan, Karena korupsi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang di inginkannya, dan korupsi merupakan wujud manusia yang tidak memanfaatkan keluasan dalam memperoleh rezeki Allah SWT. Dan sebagai akibatnya, korupsi bukan hanya merugikan personal atau sekelompok orang akan tetapi merugikan publik (orang banyak). Maka dalam pandangan Islam korupsi adalah merupakan perbuatan tercela dan perbuatan yang di laknat oleh Allah SWT.
Dalam Alquran, Allah berfirman “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”. (QS 2 : 188), dan dalam hadis Nabi ” yang artinya“……(karena) sesunggunhya ghulul (korupsi) itu adalah kehinaan, aib dan api neraka bagi pelakunya”. Dalam hadis lain, dinyatakan bahwa rasulullah SAW bersabda: “Allah melaknat penyuap dan penerima suap”
Dari ayat dan hadis tersebut sangatlah jelas bahwa, korupsi dan sejenisnya sangat dilarang dalam agama Islam, bahkan bagi pelakunya akan mendapatkan laknat dan kehinaan dari Allah SWT.
Namun demikian dalam kenyataannya, perilaku korupsi masih banyak dilakukan oleh manusia, bahkan oleh berbagai kalangan, baik di pemerintahan (eksekutif, legeslatif, yudikatif) maupun dikalangan orang swasta, baik yang bersekala kecil maupun yang bersekala besar. Dan anehnya, semakin banyak kampanye larangan untuk berkorupsi semakin banyak orang melakukannya. Yang lebih miris lagi korupsi dilakukan bukanlah oleh orang-orang kecil yang pendapatannya pas-pasan, tetapi banyak dilakukan oleh orang kaya/pejabat yang penghasilanya lebih dari cukup (sangat besar).
Mengapa ini bisa terjadi..? Inilah Nafsu serakah yang terdapat dalam diri manusia, nafsu yang dapat menutup mata hati, nafsu yang senantiasa mendorong manusia untuk berbuat zalim, korup dan kejahatan lainnya. Yang ahirnya bisa menghancurkan benteng keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT.
Oleh karena itu kita tidak boleh membiarkan nafsu serakah ini untuk terus tumbuh dan berkembang dalam diri kita, dan salah satunya adalah dengan menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan. Karena kita tahu puasa yang kita jalani bisa kita jadikan jalan riyadhah (latihan). Melatih diri untuk membuka serta melembutkan hati supaya mudah menangkap spirit dan nilai-nilai ketuhanan. Dan dengan latihan seperti ini kita bisa menundukan dan mengendalikan nafsu yang ada dalam riri kita.
Dan inilah apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad, bahwa puasa di sebut sebagai perang yang besar (jihad akbar), yaitu lebih berat dari perang badar melawan musuh yang lengkap dengan persenjataannya, dan perang tersebut adalah perang melawan hawa nafsu.
Melawan nafsu artinya bagaimana kita bisa mengendalikan nafsu yang ada didalam diri ini. Dari nafsu yang paling kecil, yaitu menahan nafsu makan minum sampai dengan nafsu yang besar yaitu keserakahan dan ketamakan terhadap dunia. Intinya puasa yang kita jalani ini bagaimana kita melawan diri sendiri, siapa yang bisa melawan diri sendiri, maka dia akan memenangkan kompetisi dalam kehidupan ini, yaitu bisa hidup dalam kendali iman dan taqwa, dan menjadi pribadi yang jujur, disiplin, bertanggungjawab dan terihindar dari sifat tamak dan serakah, dan sudah pasti akan jauh dari perbuatan jahat seperti korupsi, mencuri dsb.
Oleh karena itu mari kita menjadikan puasa ini sebagai upaya melatih diri untuk menjadi orang yang jujur. Sehingga terhidar dari perilaku korupsi dan kejahatan-kejahatan lainya. Dan Allah swt berfirman :“Supaya Allah memberikan Balasan kepada orang-orang yang jujur itu karena kejujuranya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”(Al Ahzab : 24).
Semoga puasa yang kita laksanakan akan melahirkan sifat yang jujur, bersih dan bertanggungjawab, amiin.. (wallahu’alam).