KOTABUMI—Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk Sekolah Menangah Atas Negeri(SMAN) Tahun 2019, dirasakan sangat merugikan calon siswa. Utamanya, bagi para siswa berprestasi namun kediamannya jauh dari sekolah tujuan. Sementara, dalam PPDB tahun 2019 hanya memberikan peluang 5 persen untuk siswa yang berprestasi dari besaran kuota masing -masing sekolah.
Kemudian, sebanyak 5 persen bagi orang tua yang pindah tugas. Sedangkan untuk jalur zonasi sebanyak 90 persen.
Dengan keterbatasan kuota bagi masing-masing sekolah menyebabkan jalur zonasi hanya dinimati oleh siswa yang jaraknya di bawah 2000 meter.
Bahkan, di SMAN 1 Kotabumi, untuk jurusan IPS dengan kuota hanya 92 orang siswa yang dimungkinkan lolos adalah mereka yang domisilinya kurang dari 1.115 meter. Jika melihat urutan terakhir yang sudah tayang pada PPBD online di sekolah tersebut, hingga pukul 18.30 WIB, Selasa (18/6).
Data tersebut masih akan berubah mengingat pendaftaran masih dibuka hingga Besok (18/6). Sementara untuk jurusan IPA dengan kuota 214 siswa, tercatat siswa terakhir yang berpeluang lolos, jarak domisilinya 2.184 meter. Itupun sama seperti jurusan IPS, masih akan berubah, jika pendaftar besok ada yang domisilinya lebih dekat lagi dibandingkan dengan siswa terakhir tadi.
Erwin warga kelurahan Sindangsari yang anaknya mendaftar di SMAN 1 Kotabumi menuturkan, dengan sistem zonasi tersebut anaknya dipastikan tidak lolos. Walaupun jurusan yang dipilihnya IPA. Sebab, setelah dilakukan scaning lokasi sewaktu pendaftaran oleh operator, jarak domisilinya dengan SMAN 1 Kotabumi 2.350 meter.
Padahal dari rumahnya hanya SMAN 1 Kotabumi yang terdekat, SMAN 2, 3 dan 4 lebih jauh lagi jaraknya. “Dengan sistem ini anak saya tidak dapat bersekolah di SMA Negeri. Padahal terus terang saja, anak saya ini cerdas. Nilainya Ujian Nasional(UN)-nya sangat baik,”ujarnya.(cw9/her/rid)
Selengkapnya, baca edisi cetak 19 Juni 2019